Dirjen Pendidikan Vokasi: IPK Bukan Penentu Kesuksesan Masa Depan
JAKARTA, KalderaNews.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, Ph.D, mengatakan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah penentu kesuksesan di masa depan.
“Kalau IPK adalah jaminan sukses, maka itu salah. IPK tinggi ya itu memang harus tinggi. Kalau IPK-nya tidak mencukupi maka dia akan kesulitan ditelepon dunia kerja,” ujar Wikan.
Maka, kata Wikan, langkah terpenting yang harus diambil perguruan tinggi adalah membekali mahasiswa dengan kompetensi yang mumpuni sebelum masuk ke dunia kerja.
“Kompetensi itu bukan sekadar mengandalkan ijazah kompetensi. Itu gabungan antara kognitif, soft skill, dan karakter. Tapi, setelah nanti diterima di dunia kerja, maka yang akan berfungsi selamanya adalah soft skill,” kata Wikan.
Wikan menyampaikan hal ini, lantaran dunia kerja atau industri kerap kali mengeluhkan kualitas lulusan perguruan tinggi yang kurang tahan terhadap tekanan kerja.
“Data komplain dari dunia kerja kepada lulusan perguruan tinggi, misal kurang dapat berkomunikasi, kurang dapat bekerja sama atau team work, kurang inisiatif, serta mudah bosan,” ungkap Wikan dalam acara wisuda di sebuah universitas secara daring.
Maka, lanjut Wikan, Kemendikbud berkomitmen untuk mewujudkan link and match yang baik antara perguruan tinggi dengan dunia kerja dan dunia industri.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perguruan tinggi dengan dunia kerja dan dunia industri harus bersama-sama menyusun kurikulum, pengembangan soft skill, pembelajaran berbasis proyek, serta dosen expert harus mengajar di kampus per Prodi selama 50-100 jam.
Selain itu, imbuh Wikan, mahasiswa perlu menjalani magang minimal satu semester, memiliki sertifikasi kompetensi, dosen wajib di-training oleh dunia kerja dan dunia industri, serta riset terapan yang harus mampu menjawab kebutuhan pasar dan masyarakat.